Langsung ke konten utama

Mari Hidupkan Hidup 🌿


 

Akhir akhir ini aku sedikit menang, dan akhir akhir ini hujan sering turun, aku tak berteduh apalagi menghindari nya, dengan sengaja tetap di bawah langit agar hujan sempurna mengenal ku. Kiri kanan manusia manusia memakai jas hujan. Beberapa berteduh, berdiam lama di teras teras toko, jalanan luang, aku sesuka ku berjalan pelan, agar tak sampai sampai rumah, itu mengapa ku sebut aku menang. Aku tak perlu mengumpat tentang polusi, tentang mengapa angkutan umum tak berhenti di depan komplek ku, tentang dosen yang tak masuk siang itu, tentang riuh biak asap asap kebakaran hutan yang kini sudah sibuk saja alat berat berlomba membangun beton di atas nya. Sombong. Oksigen di bunuh, hidup di runtuh.

Tapi. Tetap. Seperti biasa, banyak yang mengadu, pesan berdatangan, sesekali Gian sahabat ku berkirim kabar demotivasi, Eli yang rutin mengirim pamplet pembela wanita, Agus di pagi hari mengirim link youtube politik sepeda, Adhia yang bercerita ingin memberi buku untuk orang baru nya, Dika mengirim voice note tertawa terpingkal, Alif meminta waktu sejam ku untuk mendengarkan cerita road trip nya yang berjudul “AkuPunTur” lalu terlibat secara daring di perjalanan Ana dari Jakarta menuju Ambon sebagai penumpang ilegal, racun nya sempat akan berhasil menyuruh ku packing saja dan meninggalkan laporan avertebrata air ku, tapi tidak, aku kan pemenang, pemenang atas nafsu ! Mengucapkan ulang tahun untuk sepupu ku Dinda, menyuruh nya tetap menggengam mimpi nya. Cerita cinta beda keyakinan oleh teman baik ku, apapun yang terjadi harus tetap begini, begitu aku menangkapnya, Yoga yang berpendapat jika mahasiswa yang bersepeda harus di blow up habis habis an atas tindakan kemanusiaan ! Lalu ada kebiasaan baru berkirim pesan lewat email dengan teman kampus ku chataline karna handphone dia rusak, hm berkirim pesan lewat email, menarik, aku akan membiasakan nya !

Sesekali malam ku habiskan di kamar ibu, memaksa ibu menyediakan telinga untuk ku, atau aku yang menjadi telinga untuknya, hanya sesekali. Klimaks nya, pesan mendengarkan playlist bersama Iwan adalah puncak aku menulis kejadian seminggu terakhir yang patut di abadikan ini.

Untuk orang orang ku mari hidupkan hidup🌿



Komentar

  1. Huaaaa haru biruuu 🥲

    BalasHapus
  2. Mari hidupkan Hidup🌿

    BalasHapus
  3. Oksigen di bunuh hidup di runtuh 👏🏻👏🏻

    Suka sekali kata-kata nya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tengah malam 24 agustus 2024 si penulis harus tidur, karna pagi nya harus menjadi rakyat

Awalnya. Minggu ini si penulis akan menulis mengenai meditasi yang beberapa tahun kebelakang menarik perhatian nya Tapi tidak ada yang lebih urgen Selain susah nya hadir penuh di masa sekarang karna distraksi akan masa datang yang menjadi kecamuk takut Susah nya juga menjadi orang miskin di negeri ini, umr umr yang kita dapatkan masih harus di sunat 50% nya bahkan 70% nya untuk subsidi bahan bakar, karna dari awal bahan bakar di atur sudah di salurkan ke kendaraan kendaraan pribadi, (tidak mengelola angkutan umum secara brutal dan besar besaran) Lalu Jika angkutan umum di kelola, dealer dealer asal negara sebrang tak kebagian komisi, negara tak kebagian investasi Teman teman ku sekalian yang berusaha menghemat dengan memangkas uang makan, dan uang kualitas hidup lain nya Tapi tetap menaruh paling atas dana mobilitas yang patungan dengan subsidi (kabarnya) Kata kata subsidi menjadi konotasi jika yang memberi subsidi lebih banyak berkorban, lalu yang di subsidi patutnya berterimakasih de...

Selain segelas kopi. Ruang kumuh juga membuat mu penuh.

            Ruang hidup ku yang ku kutuk karna terlalu panas, terlalu banyak cahaya matahari masuk, terlalu lelah dibersihkan. Menyita banyak waktu. Merenggut banyak hari. Dipatahkan dengan kunjungan ku ke kediaman ibu ini. Kasur yang beliau duduki salah satu tempat aman nya, semoga juga nyaman, sambil memutar ayat suci alquran di pengeras suara, harap harap nya bisa ku rasakan sebelum semakin jauh aku masuk kerumah nya. Perasaan apa ini?                Percayalah, jika kita menganggap hati kita penuh hanya jika sudah tercapai nya mimpi mimpi kita, hati kita penuh hanya jika sudah memuncak karir kita. Atau. Hati kita penuh setelah berhasil menikah, tidak hanya itu, manusia manusia di gang gang kumuh yang perlu uang kopi mu dapat menukar nya. 

Rini Mei dan angin Takisung

  Kadang kita bertiga anak kecil naif yang berjalan di kubang lumpur kesalahan dan tidak sadar, kadang nyaring tangisan lebih sering kami bagi dari tawa itu sendiri, salah pijak langkah nya Rini, Mei dan tentu aku, membawa kami ke ruang yang sama, ruang yang boleh jadi apapun bahkan tukang salah sekalipun, setelah itu kami rayakan di coffeeshop atau toko kue untuk saling bilang “hey, aku hidup”. Di 8 tahun terakhir ini, selain kiriman video yang lewat, saling memberi tanda suka menjadi cukup karna masing kami harus mulai mengisi perut sendiri. Benar saja, kegiatan mengisi perut mengantarkan Rini pada rumah baru nga, dan Mei pada gelar pendidikan kedua nya. Ini gila, bagaimana jalan sepanjang itu, sedikit demi sedikit mereka gapai ditengah beling kaca telapak kaki nya, bagaimana bisa tidak tidur tiap malam dan bangun tiap pagi, bertahun mereka lakukan. Sudah 8 taun lama nya, kami masih sering bertanya “what if” bagaimana jika dibelakang aku berlaku seperti ini ya? Bagaimana jika aku...