Langsung ke konten utama

Lebih baik yang lebih lagi

  Setelah ibadah pagi mengeluarkan semua isi yang ku lumat kemarin malam, kopi, bakso dan puisi. Aku, sembari mendahulukan menyesap puisi pagi, rasanya tidak pernah senikmat ini, senyum lalu terpejam mendominasi cangkang tubuh pagi, puisi di kepala sebentar menggeser gusar yang menyeruak tanpa ampun beberapa gurun ku. Jam 3 aku terbangun, ada yang mematikan lampu, ia tuhan ku, katanya bangun….. ingin ku tunjukan cahaya katanya, tak ku turuti pinta nya, aku tetap bangun mengganti obat nyamuk, kembali tidur lagi, kembali membohongi diri. 

Pagi ini tak ku turuti standar ngaung nya masyarakat, tak ku urusi kasur berantak, lantai berserak, ku biarkan, sudah ku janjikan dihadapan matahari dan buah persik seharga dua ribuan, aku buat standar ku sendiri, aku menjadi pelayan tuhan lewat tulisan dan nyanyian. Hahahahaha, alam bawah sadar ku tertawa, tak pernah beruntung nanti suami mu, tak kau urusi setiap pagi, ia bersihkan kasurnya sendiri, buat kopi nya sendiri dan sarapan ia semat sendiri, alam bawah sadar ku sudah dibajak, ia sombong seolah itu yang paling benar. Hahahaha jawab ku tak lebih nyaring dari alam bawah sadar ku, tak ada penulis perempuan, perempuan sibuk berburu dan meramu, energi nya bocor di ruang tamu di ruang kamu, apa itu buku, perempuan akrab pada sapu. Pada malam seribu satu, tangan ku menggenggam tangan ku yang lain, diujung suara ombak jelas terdengar, dimurung purnama yang artinya air pasang, dikerikil tajam bersela pasir masuk celana dalam, khusyuk tunduk banjir pipi, kepala ku juga tak tau, cengkrama hati dan tuhan ku, bersaut bersaut bersaut bersaut bersaut bersaut bersaut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selain segelas kopi. Ruang kumuh juga membuat mu penuh.

            Ruang hidup ku yang ku kutuk karna terlalu panas, terlalu banyak cahaya matahari masuk, terlalu lelah dibersihkan. Menyita banyak waktu. Merenggut banyak hari. Dipatahkan dengan kunjungan ku ke kediaman ibu ini. Kasur yang beliau duduki salah satu tempat aman nya, semoga juga nyaman, sambil memutar ayat suci alquran di pengeras suara, harap harap nya bisa ku rasakan sebelum semakin jauh aku masuk kerumah nya. Perasaan apa ini?                Percayalah, jika kita menganggap hati kita penuh hanya jika sudah tercapai nya mimpi mimpi kita, hati kita penuh hanya jika sudah memuncak karir kita. Atau. Hati kita penuh setelah berhasil menikah, tidak hanya itu, manusia manusia di gang gang kumuh yang perlu uang kopi mu dapat menukar nya. 

Rini Mei dan angin Takisung

  Kadang kita bertiga anak kecil naif yang berjalan di kubang lumpur kesalahan dan tidak sadar, kadang nyaring tangisan lebih sering kami bagi dari tawa itu sendiri, salah pijak langkah nya Rini, Mei dan tentu aku, membawa kami ke ruang yang sama, ruang yang boleh jadi apapun bahkan tukang salah sekalipun, setelah itu kami rayakan di coffeeshop atau toko kue untuk saling bilang “hey, aku hidup”. Di 8 tahun terakhir ini, selain kiriman video yang lewat, saling memberi tanda suka menjadi cukup karna masing kami harus mulai mengisi perut sendiri. Benar saja, kegiatan mengisi perut mengantarkan Rini pada rumah baru nga, dan Mei pada gelar pendidikan kedua nya. Ini gila, bagaimana jalan sepanjang itu, sedikit demi sedikit mereka gapai ditengah beling kaca telapak kaki nya, bagaimana bisa tidak tidur tiap malam dan bangun tiap pagi, bertahun mereka lakukan. Sudah 8 taun lama nya, kami masih sering bertanya “what if” bagaimana jika dibelakang aku berlaku seperti ini ya? Bagaimana jika aku...

Tak ada penulis perempuan, para perempuan sibuk berburu dan meramu

  Perempuan   itu jika punya mimpi berarti egois, jika mimpinya membuat nya keluar rumah iya durhaka. Perempuan itu, jika pagi hari nya mendahulukan menyesap matahari, dari pada membuat kopi untuk suami, berarti ia salah. Perempuan boleh sekolah tapi cuci piring dulu setiap pagi, tak guna mengulang materi, tak perlu tau dalam dalam tut wuri handayani. Perempuan itu selama nya dipilihkan “jangan kesana sayang, itu membahayakan” suara manis ayah nya pun kekasihnya, mengungkung laju harap ingin tau nya.  Tetap di ruang kotak kamar kamu yang aman ya “nanti kamu merawat seluruh keluarga” dan jangan lupa juga rawat diri mu, jika anak mu perempuan jangan lupa ajarkan jika pilihan keluar rumah nya hanya ketika ia menikah, selain itu tak berkenan. Inggid merasa menyebrang terberat nya ialah menyebrang sungai brantas di umur nya yang lima, dekade depan kemudian ia mulai menyusuri karma karma orang dewasa nya, Inggid masuk sekolah favorit di kota nya tanpa sulit, pelajaran sekolah n...