Langsung ke konten utama

Mereka mereka yang semangat melerai yang salah terhadap masa lalu juga adalah mereka yang semangat tidak “dengan sengaja” menambah yang salah terhadap masa kini

 


   Tidak lama, juga tahun ini aku bertemu dengan seorang yang perjalanan spiritualnya terlihat dipermukaan, terlihat hanya dengan sekali lihat saja. Lalu jelas aku setujui, berspiritual bisa jadi berbeda dengan beragama, tapi juga menjadi tidak masalah disatukan, tidak perlu dicari juga mana yang lebih benar. Bagaimana ia terlihat cukup tanpa menambahkan tambahan tambahan yang malah mengobrak abrik magis kata cukup itu sendiri, kalimat yang juga pun masih kocar kacir aku mempraktik an nya, terlalu tidak percaya nya pada diri sendiri, mengkamuflase diri dalam lapisan lapisan, layer layer, atmospher atmospher yang kita buat sendiri, seolah lapisan tersebut menjadi penyelamat atas mentah nya diri yang kita anggap tidak cukup.
Rumit..…..
Tidak. Maksud ku setelah 1 video yang ku saksikan tadi, 1 video bagaimana masing masing orang menjaga milik tuhan, ada yang dengan tangan, ada yang dengan tulisan, ada yang dengan turun kaki, ada yang dengan korporasi.
Lalu 1 orang yang perjalanan spiritualnya terlihat ini, seolah berpesan, mereka yang sadar “melakukan hal tidak benar dengan sengaja” adalah pekerjaan baru dikemudian hari yang harus kamu hadapi dengan dirimu sendiri, dirimu sendiri dan dirimu sendiri, kamu bayar dengan bayaran yang kamu sendiri yang tau, seolah nyaring mengingatkan, jika “hal tidak benar” pada yang lalu belum selesai. Jangan saat ini menambah dengan sengaja “hal tidak benar” itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selain segelas kopi. Ruang kumuh juga membuat mu penuh.

            Ruang hidup ku yang ku kutuk karna terlalu panas, terlalu banyak cahaya matahari masuk, terlalu lelah dibersihkan. Menyita banyak waktu. Merenggut banyak hari. Dipatahkan dengan kunjungan ku ke kediaman ibu ini. Kasur yang beliau duduki salah satu tempat aman nya, semoga juga nyaman, sambil memutar ayat suci alquran di pengeras suara, harap harap nya bisa ku rasakan sebelum semakin jauh aku masuk kerumah nya. Perasaan apa ini?                Percayalah, jika kita menganggap hati kita penuh hanya jika sudah tercapai nya mimpi mimpi kita, hati kita penuh hanya jika sudah memuncak karir kita. Atau. Hati kita penuh setelah berhasil menikah, tidak hanya itu, manusia manusia di gang gang kumuh yang perlu uang kopi mu dapat menukar nya. 

Rini Mei dan angin Takisung

  Kadang kita bertiga anak kecil naif yang berjalan di kubang lumpur kesalahan dan tidak sadar, kadang nyaring tangisan lebih sering kami bagi dari tawa itu sendiri, salah pijak langkah nya Rini, Mei dan tentu aku, membawa kami ke ruang yang sama, ruang yang boleh jadi apapun bahkan tukang salah sekalipun, setelah itu kami rayakan di coffeeshop atau toko kue untuk saling bilang “hey, aku hidup”. Di 8 tahun terakhir ini, selain kiriman video yang lewat, saling memberi tanda suka menjadi cukup karna masing kami harus mulai mengisi perut sendiri. Benar saja, kegiatan mengisi perut mengantarkan Rini pada rumah baru nga, dan Mei pada gelar pendidikan kedua nya. Ini gila, bagaimana jalan sepanjang itu, sedikit demi sedikit mereka gapai ditengah beling kaca telapak kaki nya, bagaimana bisa tidak tidur tiap malam dan bangun tiap pagi, bertahun mereka lakukan. Sudah 8 taun lama nya, kami masih sering bertanya “what if” bagaimana jika dibelakang aku berlaku seperti ini ya? Bagaimana jika aku...

Tak ada penulis perempuan, para perempuan sibuk berburu dan meramu

  Perempuan   itu jika punya mimpi berarti egois, jika mimpinya membuat nya keluar rumah iya durhaka. Perempuan itu, jika pagi hari nya mendahulukan menyesap matahari, dari pada membuat kopi untuk suami, berarti ia salah. Perempuan boleh sekolah tapi cuci piring dulu setiap pagi, tak guna mengulang materi, tak perlu tau dalam dalam tut wuri handayani. Perempuan itu selama nya dipilihkan “jangan kesana sayang, itu membahayakan” suara manis ayah nya pun kekasihnya, mengungkung laju harap ingin tau nya.  Tetap di ruang kotak kamar kamu yang aman ya “nanti kamu merawat seluruh keluarga” dan jangan lupa juga rawat diri mu, jika anak mu perempuan jangan lupa ajarkan jika pilihan keluar rumah nya hanya ketika ia menikah, selain itu tak berkenan. Inggid merasa menyebrang terberat nya ialah menyebrang sungai brantas di umur nya yang lima, dekade depan kemudian ia mulai menyusuri karma karma orang dewasa nya, Inggid masuk sekolah favorit di kota nya tanpa sulit, pelajaran sekolah n...