Langsung ke konten utama

Folder Warna Putih Bercap Lem Bening Dan Bunga Kering

  


  Para penulis wanita setidaknya memiliki ruang nya sendiri, ia bahkan tak serupa dengan ruang yang ada meja, kursi, vas bunga dan bau dupa. Tidak pula di dalam kamar, tidak di tengah hutan, tidak di pinggir lautan sore, ruang penulis wanita tak kenal waktu makan siang, waktu nya mandi, waktu  harus tidur, waktunya memakai peran, meskipun begitu, ruang bagi penulis wanita itu kadang menimbang nimbang dengan bantuan angin, juga dengan jangkrik, semut semut, gempita suara azan yang ia dengar selama 5 kali dengan sadar dan tanpa berubah posisi. Setidak nya semacan itu penggalan cerpen di malam terakhir Leila S. Chudori yang ku aminkan pun amankan di bagian kecil amigdala ku, ia memiliki folder khusus dengan kunci yang hanya bisa di buka rasa tertentu. Diri ku pun sendiri tak bisa membuka folder itu, folder itu berwarna putih bercap kan lem bening di tambah bunga kering, bunga yang aku petik di dataran tinggi dieng dan ku biarkan mengering, folder itu putih karna ia jujur, tapi ia jujur dengan sendiri nya tak karna apa dan siapa, folder itu bermacam seni ia ada, seni mencari paling banyak nya, folder itu kadang tertumpuk, terselip oleh folder folder lain, seperti folder bagaimana cara menjadi pintar, bagaimana cara menjadi cantik, bagaimana cara menjadi menarik, bagaimana cara memasak, bagaimana agar “terlihat” bijak, bagaimana agar kaya, tapi karna folder putih hanya dapat di buka saat rasa tertentu, ia kerap kali tertumpuk. Setidak nya, sesadarnya penulis wanita memiliki ruang membuka folder putih, membuka masing masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tengah malam 24 agustus 2024 si penulis harus tidur, karna pagi nya harus menjadi rakyat

Awalnya. Minggu ini si penulis akan menulis mengenai meditasi yang beberapa tahun kebelakang menarik perhatian nya Tapi tidak ada yang lebih urgen Selain susah nya hadir penuh di masa sekarang karna distraksi akan masa datang yang menjadi kecamuk takut Susah nya juga menjadi orang miskin di negeri ini, umr umr yang kita dapatkan masih harus di sunat 50% nya bahkan 70% nya untuk subsidi bahan bakar, karna dari awal bahan bakar di atur sudah di salurkan ke kendaraan kendaraan pribadi, (tidak mengelola angkutan umum secara brutal dan besar besaran) Lalu Jika angkutan umum di kelola, dealer dealer asal negara sebrang tak kebagian komisi, negara tak kebagian investasi Teman teman ku sekalian yang berusaha menghemat dengan memangkas uang makan, dan uang kualitas hidup lain nya Tapi tetap menaruh paling atas dana mobilitas yang patungan dengan subsidi (kabarnya) Kata kata subsidi menjadi konotasi jika yang memberi subsidi lebih banyak berkorban, lalu yang di subsidi patutnya berterimakasih de...

Selain segelas kopi. Ruang kumuh juga membuat mu penuh.

            Ruang hidup ku yang ku kutuk karna terlalu panas, terlalu banyak cahaya matahari masuk, terlalu lelah dibersihkan. Menyita banyak waktu. Merenggut banyak hari. Dipatahkan dengan kunjungan ku ke kediaman ibu ini. Kasur yang beliau duduki salah satu tempat aman nya, semoga juga nyaman, sambil memutar ayat suci alquran di pengeras suara, harap harap nya bisa ku rasakan sebelum semakin jauh aku masuk kerumah nya. Perasaan apa ini?                Percayalah, jika kita menganggap hati kita penuh hanya jika sudah tercapai nya mimpi mimpi kita, hati kita penuh hanya jika sudah memuncak karir kita. Atau. Hati kita penuh setelah berhasil menikah, tidak hanya itu, manusia manusia di gang gang kumuh yang perlu uang kopi mu dapat menukar nya. 

Rini Mei dan angin Takisung

  Kadang kita bertiga anak kecil naif yang berjalan di kubang lumpur kesalahan dan tidak sadar, kadang nyaring tangisan lebih sering kami bagi dari tawa itu sendiri, salah pijak langkah nya Rini, Mei dan tentu aku, membawa kami ke ruang yang sama, ruang yang boleh jadi apapun bahkan tukang salah sekalipun, setelah itu kami rayakan di coffeeshop atau toko kue untuk saling bilang “hey, aku hidup”. Di 8 tahun terakhir ini, selain kiriman video yang lewat, saling memberi tanda suka menjadi cukup karna masing kami harus mulai mengisi perut sendiri. Benar saja, kegiatan mengisi perut mengantarkan Rini pada rumah baru nga, dan Mei pada gelar pendidikan kedua nya. Ini gila, bagaimana jalan sepanjang itu, sedikit demi sedikit mereka gapai ditengah beling kaca telapak kaki nya, bagaimana bisa tidak tidur tiap malam dan bangun tiap pagi, bertahun mereka lakukan. Sudah 8 taun lama nya, kami masih sering bertanya “what if” bagaimana jika dibelakang aku berlaku seperti ini ya? Bagaimana jika aku...