Closing statement dari Agus Harianto teman Semarang ku malam hari itu menyadarkan jika kebersamaan dengan teman baru selama 8 hari itu akan segera berakhir, kesombongan merasa akan terus bersama di patahkan keadaan, di sadarkan posisi duduk teman ku ini yang mengambil posisi duduk di sebelah ku, “terimakasih ya ka benar benar membuka pandangan” begitu tidak salah aku menangkap 1 kalimat manis yang ingin sekali ku balas jika aku yang berterimakasih, pribadi pribadi kalian sedikit banyak aku terapkan. Kalimat kalimat “senang kenal kamu” “senang bertemu kamu” “sampai jumpa lagi” “kabari jika mampir ke kota ku” seolah benar benar berarti di sampaikan dan sangat baik di terima telinga, bukan hanya kalimat formalitas penutup pertemuan.
Seperti yang sudah sudah, pertemuan pertemuan selalu membawa penerapan penerapan baru di hidupku, kali ini berasal dari manusia manusia Univeritas Diponegoro, 1 dari Brawijaya, 2 universitas Pangkalanbun Kalimantan, dan 2 lagi mahasiswa Sinjay Sulawesi, 8 hari kurang kurasa untuk mengenal pribadi pribadi unik itu, pribadi pribadi yang tidak sungkan menunjukan sayang kesesama, saling mengingatkan makan, mengambilkan piring, memberi minum, membukakan kamar mandi yang terkunci, menyisakan lauk agar yang lain kebagian, saling tunggu untuk makan bersama dan jutaan kali erat berpelukan adalah hal hal yang aku terima dari manusia manusia ini, dampaknya membuatku tidak sungkan dan gengsi menunjukan rasa sayang.
Berawal dari 23 februari 2023 pergolakan diri memilih antara berangkat atau tidak untuk memenuhi undangan tranplantasi karang dari universitas Diponegoro yang di gagas organisasi dan sedang aku tekuni, baru saja pulang ke Banjarmasin pada awal februari adalah alasan kuat untuk ku melewatkan pengalaman itu, tetapi seperti yang di sampaikan ali bin abi talib jika apa yang sudah menjadi takdir mu tak akan melewatkan mu benar benar terjadi, di Karimun Jawa lah aku sekarang.
Ke spontanan perjalanan kali ini membuatku tidak banyak memberi kabar kepergian ke teman teman, persiapan yang mumpuni, rute yang harus di atur menjadi penarik perhatian paling sibuk di minggu ke 4 februari itu, hanya berpamitan dengan orang tua, teman teman yang akan ada keperluan 2 minggu ke depan agar tidak dulu bertemu seperti biasa untuk menyelesaikan urusan urusan kami atau sekedar bertemu untuk menghabiskan waktu, selebihnya hanya tau sendiri tanpa aku beri kabar melalu pesan pribadi.
1 bungkus batagor dari Awang teman Banjarmasin ku mengantarkan ku ke pelabuhan bersama Gian dan 1 temannya, sebelum kapal berlabuh kami ber 4 berdiri di deck untuk sekedar mengingat ngingat perjalanan lalu kami di atas kapal sebelum berangkat, tak berapa lama kapal akan berangkat aku masuk ke ruang penumpang dan mereka ber 3 turun kapal untuk melanjutkan kebuntuan pikiran di Banjarmasin. Perjalanan 18 jam dari Banjarmasin ke Surabaya 23 februari lalu tidak banyak hal yang ku lakukan, selain makan batagor pemberian Awang, menonton film di kantin kapal, tidur dan keluar masuk kamar mandi atau membaca buku yang sedang aku selesaikan mengenai Ibnu Sina dan Gozali tentang filsafat dan teologis dalam menyikapi tuhan, bicara mengenai filsafat tidak melulu tentang percaya atau tidak adanya tuhan, bagiku ada banyak hal di filsafat yang bisa di dapat, begitu banyak hal hal keseharian yang bisa di ambil di luar pembahasan tuhan, begitu banyak adab adab tokoh filsafat yang bisa di ambil terlepas percaya tidaknya mereka dengan tuhan, Thales contohnya, tokoh filsafat asal yunani di abad ke 6, dari sekian banyak kutipannya, kutipan mengenai plagiarism yang selalu ku terapkan, katanya “jika mendapat pemikiran pemikiran orang lain, dan berniat untuk menyampaikan kembali, sertakan asalnya, kau hanya mengutip, itu bukan hasil pemikiran mu sendiri” begitu kurang lebih nya, lalu muhasabah dan berhati hati lagi aku dalam berdiskusi, selalu menyertakan nama tiap kali mengutip pemikiran baru yang aku setujui, mau itu tokoh berperan atau teman perjalanan yang mungkin di nilai tidak berperan, apapun itu selain dari kepala ku sendiri sebisa mungkin tak ingin ku akui.
Dari pelabuhan tanjung perak Surabaya aku naik angkot 10 ribu menuju jalan jakarta, di lanjut dengan bus akas ke terminal bungurasih “gak ada kembalian nya mba, seadanya saja” setelah ku berikan 50 ribu, “ 7 ribu gapapa pak” “gapapa mba” lagi lagi aku tertegun termenung kenapa semua hal sangat amat lancar hari itu.
Malam hari dari terminal bungurasih ku tempuh 8 jam dengan bus ke Semarang, kurang lebih sekitar 91 ribu ku bayar untuk bus yang aku yakin baut bautnya sudah mau lepas, berdebu, tidak layak pakai, setiap kali menabrak lubang, setiap itu juga aku yakin bis ini akan terguling, di bersamai dengan debu yang turun dari plafon bis ke kepala dan tubuh ku.
25 februari 2023 Semarang ke berapa kali tak ku hitung, pagi itu hujan, aku di jemput Raihan mahasiswa undip angkatan 21, Raihan yang ternyata juga orang kalimantan lebih antusias dari pada aku, selain air hujan rentetan pertanyaan dan kepenasaran Raihan bertubi tubi menghujani ku di atas motor, perjalanan ke Semarang atas dari terminal Terboyo pagi hari itu jauh dari kata bosan, tak pernah ku rasakan lelah, apalagi bertemu orang orang seperti itu. 2 hari perjalanan dari Banjarmasin tidak sampai di situ, aku masih harus naik kapal 1 kali lagi untuk ke Karimun Jawa, 7 jam kurang lebih 38 orang dari Semarang menuju Karimun jawa untuk bertranplantasi karang, cuaca buruk hari itu berhasil membuat beberapa orang dari kami mabuk laut, aku sendiri tidak banyak berulah, hanya saja tidur beberapa jam dan ngobrol lebih lama dari tidur dengan warga asli Karimun Jawa yang ternyata kepala desa di Karimun Jawa, lagi lagi keberuntungan memihak padaku.
——sebagian text hilang
Aku merindukan cerita cerita di kala itu, sayang otakku mulai kurang bisa meyelam lebih dalam di peristiwa itu. Seperti buyar namun semua kenangan terjadi membekas sekali. Kini aku sendiri tanpa Agus di sisiku, teman seperjuangan ku (My Comrade) . Semoga kau sehat selalu Kak Gigy ada waktu dan rezeki, main lah ke pulau penghasil timah. Bercerita lagi seperti sedia dulu kala. salam hangat dan sehat selalu.
BalasHapus