Langsung ke konten utama

Karimun Jawa my middle name

 Sepertinya setiap kali ke kota ini ceritanya tidak pernah sama, kali ini dalam rangka birthday gift from me to me di awali road trip dengan motor dari semarang ke karimun jawa, karna menunggu bis berjam jam di terminal terboyo tidak ada yang berangkat, akal liar di tambah suara suara di kepala mendominasi obrolan malam ini, “ROAD TRIP ROAD TRIP ROAD TRIP”, dengan mental yang sudah terisi penuh aku mencari siapa yang bisa melepas motornya malam ini untuk dibawa ke jepara, singkat cerita berhasil bertransaksi dengan satu sewaan motor di semarang, dengan segunung kepercayaan diri berbekal goegle maps aku mengunjungi perempuan yang ku sebut sponsor journey Semarang bernama Dhea, pertama kali ngobrol panjang lebar dan tidak tidur sampai jam mengharuskan lanjut perjalanan, Dhea lari dari kota kami, lari dari hal hal yang memang seharusnya di tinggalkan begitu saja, lalu membuat cerita baru di hidupnya, kasus dan keresahannya tidak jauh berbeda dari ku, bedanya aku tidak bisa di 1 tempat dalam waktu lama, dan Dhea bisa


Sepertinya tukar cerita dari tengah malam sampai jam 4 pagi lebih menarik dari pada tidur untuk mempersiapkan perjalanan ke karimun jawa dini hari itu, padahal masih ingin berlama lama karna merasa masih ingin adaptasi di Semarang, tapi tujuan awal menyadarkan tetap harus di jalurnya.
Setting ulang maps, playlist, dan mampir pom bensin, 3 hal ikhtiar semoga perjalanan subuh hari ini berakhir menyenangkan, 2 jam perjalanan sudah banyak menemukan cerita dari mulai nyasar keluar jalur dan akhirnya harus motong jalan untuk ke jalur semula, di tengah motong jalan yang mengharuskan lewat perkampungan sepi sedikit berhasil membuatku ragu “terusin apa balik kota ya?” 
Sunrise yang mulai muncul di tengah perjalanan meyakinkanku untuk bisa menyelesaikan ini sedikit lagi, sesekali berhenti semaunya, dimana di rasa ada tempat untuk sekedar menghela nafas dan menyadari lagi lagi aku membuat ini menjadi nyata, tidak peduli ke tidak simetrisan pengambilan foto langit ini, momen di dalam itu jauh lebih membawa ku merasakan lagi magisnya perjalanan itu.
Wuhuuuu karimun jawa ke 4 kali dan belum terfikir kapan akan mengakhiri kunjungan ini, segala sisi karimun jawa selalu berhasil menjadi tempat terbaik, tidak turistic, sepi, dan yang penting ini adalah pulau kecil, aku selalu penasaran dengan pulau pulau kecil, selalu punya waktu duduk berlama lama membolak balik peta, mencari tau tiap ada pulau pulau kecil, walaupun pemahaman mengenai pulau masih sekitar Indonesia. Tiket penyebrangan pelabuhan kartini (jepara) ke pelabuhan karimun jawa sekitar 100 ribu begitu juga sebaliknya dan siapkan cashless dengan card brizzi atau card e-tol lainnya.

Peta di samping adalah bukti nyasar jauh dari jalur, dan tertera jam 5 pagi masih jauh dari jepara pelabuhan kartini, padahal jam 6 pagi kapal sudah berangkat menuju karimun jawa, jika tidak terkejar maka aku harus ikut penyebrangan besok pagi, dan semua perjuangan manajemen waktu beberapa jam lalu menjadi sia sia.
Seperti pelajaran yang sudah sudah di pelajari, tenang + jangan panik menjadi pemecah masalah nomer 1 dan yah dengan bangga ku sampaikan aku sudah di sini.
  .
Di karimun jawa kali ini aku tinggal di satu homestay bernama Thebodhithree, permalam di kenakan 70 ribu, harga yang sangat murah, walaupun aku pernah dapat homestay 36 ribu permalam, berikut instagramnya https://instagram.com/thebodhitreehostel?igshid=YmMyMTA2M2Y=

jangan lupa booking via booking.com untuk mendapatkan harga miring.
Sejauh ini selain leyeh leyeh homestay karna pemiliknya bang pedro dan istrinya sangat ramah, tapi sayang homestay ini tidak beroperasi lagi, ada 1 peringatan yang membuat homestay ini menjadi favorit ku, dan memang sangat amat perlu untuk mengingatkan ini karna menurut pengalaman tidak jarang aku terganggu dengan kejadian ini :)

Beberapa hari di karimun jawa dan tidak merasa berdosa melewatkan sunrise begitu saja, hal yang tidak pernah ku lalukan selama 4 kali kesini, menurut pola pikir kita harus menyisakan beberapa hal hal yang belum kita lakukan untuk kita lakukan lagi nanti. 


Komentar

  1. Karna berbagai hal akhirnya memutuskan untuk pindah dan pergi dari kota kelahiran✨ Asikkk debut di blog gigyyy

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tengah malam 24 agustus 2024 si penulis harus tidur, karna pagi nya harus menjadi rakyat

Awalnya. Minggu ini si penulis akan menulis mengenai meditasi yang beberapa tahun kebelakang menarik perhatian nya Tapi tidak ada yang lebih urgen Selain susah nya hadir penuh di masa sekarang karna distraksi akan masa datang yang menjadi kecamuk takut Susah nya juga menjadi orang miskin di negeri ini, umr umr yang kita dapatkan masih harus di sunat 50% nya bahkan 70% nya untuk subsidi bahan bakar, karna dari awal bahan bakar di atur sudah di salurkan ke kendaraan kendaraan pribadi, (tidak mengelola angkutan umum secara brutal dan besar besaran) Lalu Jika angkutan umum di kelola, dealer dealer asal negara sebrang tak kebagian komisi, negara tak kebagian investasi Teman teman ku sekalian yang berusaha menghemat dengan memangkas uang makan, dan uang kualitas hidup lain nya Tapi tetap menaruh paling atas dana mobilitas yang patungan dengan subsidi (kabarnya) Kata kata subsidi menjadi konotasi jika yang memberi subsidi lebih banyak berkorban, lalu yang di subsidi patutnya berterimakasih de...

Selain segelas kopi. Ruang kumuh juga membuat mu penuh.

            Ruang hidup ku yang ku kutuk karna terlalu panas, terlalu banyak cahaya matahari masuk, terlalu lelah dibersihkan. Menyita banyak waktu. Merenggut banyak hari. Dipatahkan dengan kunjungan ku ke kediaman ibu ini. Kasur yang beliau duduki salah satu tempat aman nya, semoga juga nyaman, sambil memutar ayat suci alquran di pengeras suara, harap harap nya bisa ku rasakan sebelum semakin jauh aku masuk kerumah nya. Perasaan apa ini?                Percayalah, jika kita menganggap hati kita penuh hanya jika sudah tercapai nya mimpi mimpi kita, hati kita penuh hanya jika sudah memuncak karir kita. Atau. Hati kita penuh setelah berhasil menikah, tidak hanya itu, manusia manusia di gang gang kumuh yang perlu uang kopi mu dapat menukar nya. 

Rini Mei dan angin Takisung

  Kadang kita bertiga anak kecil naif yang berjalan di kubang lumpur kesalahan dan tidak sadar, kadang nyaring tangisan lebih sering kami bagi dari tawa itu sendiri, salah pijak langkah nya Rini, Mei dan tentu aku, membawa kami ke ruang yang sama, ruang yang boleh jadi apapun bahkan tukang salah sekalipun, setelah itu kami rayakan di coffeeshop atau toko kue untuk saling bilang “hey, aku hidup”. Di 8 tahun terakhir ini, selain kiriman video yang lewat, saling memberi tanda suka menjadi cukup karna masing kami harus mulai mengisi perut sendiri. Benar saja, kegiatan mengisi perut mengantarkan Rini pada rumah baru nga, dan Mei pada gelar pendidikan kedua nya. Ini gila, bagaimana jalan sepanjang itu, sedikit demi sedikit mereka gapai ditengah beling kaca telapak kaki nya, bagaimana bisa tidak tidur tiap malam dan bangun tiap pagi, bertahun mereka lakukan. Sudah 8 taun lama nya, kami masih sering bertanya “what if” bagaimana jika dibelakang aku berlaku seperti ini ya? Bagaimana jika aku...