Langsung ke konten utama

Enak banget ngelamun di Ubud






   Jiwa ku termakani oleh joe si bule hippie yang baik hati, mempunyai empati yang menular, belum lagi di lengkapi dengan mba deasy wanita yang punya mood paling bagus, 1 hari di kelilingi orang orang ini berhasil membawa suasana jiwa ku ke tingkat tertinggi. 

  Di mulai dari sunrise di ujung pantai pering, menghidupkan dupa, menyeduh teh, mendengarkan ombak detik perdetik, di luar dari anggapan orang mengenai agama apa? Ritual apa? Ini sesat? Tak bertuhan? Aku tidak peduli, jiwa ku tenang aku tidak lagi di kendalikan emosi, emosi sedih maupun bahagia, aku cukup, playlist bukan lagi yang pertama di putar, 1 hari terbaik tidak berlebihan jika aku namai hari itu.

   Sore hari kami lanjutkan ke pantai yang tidak tau namanya, berjam jam memainkan ukulele joe, sambil memantau mba deasy di ujung sana sedang tidur di bawah bulan.

   1 hari sebelum purnama di pantai paling utara Bali, kami bertiga menari di bawah bulan, sebelum itu kita berdiam diri menghirup aroma laut menutup mata, panas siang hari tidak lagi mengganggu ku, hujan pun hanya air nanti juga kering pikir ku, dampak nya tidak lagi protes terhadap hal hal di luar kendali ku. 

   Ku sadari perjalanan 1 hari dari Ubud, pantai pring lalu Tejakula di Bali utara adalah salah satu perjalanan spiritual ku, aku masih mencari pemilihan kata untuk menjelaskan, tetapi perjalanan itu sangat amat berdampak untuk ku, di tengah tengah minum teh memandang laut, mencium dupa menutup mata, di situ ku pergunakan 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selain segelas kopi. Ruang kumuh juga membuat mu penuh.

            Ruang hidup ku yang ku kutuk karna terlalu panas, terlalu banyak cahaya matahari masuk, terlalu lelah dibersihkan. Menyita banyak waktu. Merenggut banyak hari. Dipatahkan dengan kunjungan ku ke kediaman ibu ini. Kasur yang beliau duduki salah satu tempat aman nya, semoga juga nyaman, sambil memutar ayat suci alquran di pengeras suara, harap harap nya bisa ku rasakan sebelum semakin jauh aku masuk kerumah nya. Perasaan apa ini?                Percayalah, jika kita menganggap hati kita penuh hanya jika sudah tercapai nya mimpi mimpi kita, hati kita penuh hanya jika sudah memuncak karir kita. Atau. Hati kita penuh setelah berhasil menikah, tidak hanya itu, manusia manusia di gang gang kumuh yang perlu uang kopi mu dapat menukar nya. 

Rini Mei dan angin Takisung

  Kadang kita bertiga anak kecil naif yang berjalan di kubang lumpur kesalahan dan tidak sadar, kadang nyaring tangisan lebih sering kami bagi dari tawa itu sendiri, salah pijak langkah nya Rini, Mei dan tentu aku, membawa kami ke ruang yang sama, ruang yang boleh jadi apapun bahkan tukang salah sekalipun, setelah itu kami rayakan di coffeeshop atau toko kue untuk saling bilang “hey, aku hidup”. Di 8 tahun terakhir ini, selain kiriman video yang lewat, saling memberi tanda suka menjadi cukup karna masing kami harus mulai mengisi perut sendiri. Benar saja, kegiatan mengisi perut mengantarkan Rini pada rumah baru nga, dan Mei pada gelar pendidikan kedua nya. Ini gila, bagaimana jalan sepanjang itu, sedikit demi sedikit mereka gapai ditengah beling kaca telapak kaki nya, bagaimana bisa tidak tidur tiap malam dan bangun tiap pagi, bertahun mereka lakukan. Sudah 8 taun lama nya, kami masih sering bertanya “what if” bagaimana jika dibelakang aku berlaku seperti ini ya? Bagaimana jika aku...

Tak ada penulis perempuan, para perempuan sibuk berburu dan meramu

  Perempuan   itu jika punya mimpi berarti egois, jika mimpinya membuat nya keluar rumah iya durhaka. Perempuan itu, jika pagi hari nya mendahulukan menyesap matahari, dari pada membuat kopi untuk suami, berarti ia salah. Perempuan boleh sekolah tapi cuci piring dulu setiap pagi, tak guna mengulang materi, tak perlu tau dalam dalam tut wuri handayani. Perempuan itu selama nya dipilihkan “jangan kesana sayang, itu membahayakan” suara manis ayah nya pun kekasihnya, mengungkung laju harap ingin tau nya.  Tetap di ruang kotak kamar kamu yang aman ya “nanti kamu merawat seluruh keluarga” dan jangan lupa juga rawat diri mu, jika anak mu perempuan jangan lupa ajarkan jika pilihan keluar rumah nya hanya ketika ia menikah, selain itu tak berkenan. Inggid merasa menyebrang terberat nya ialah menyebrang sungai brantas di umur nya yang lima, dekade depan kemudian ia mulai menyusuri karma karma orang dewasa nya, Inggid masuk sekolah favorit di kota nya tanpa sulit, pelajaran sekolah n...