Para pemuda desa yang pernah saya temui bersikeras tidak mau menjadi budak, mengkritik jika salah, memuji jika benar, mereka hidup di sudut desa di Indonesia, di sebuah pulau yang jika di bahasa Indonesiakan ber arti bunga, kalian bisa menebak nebaknya sendiri, sudah dua kali selama 1 tahun saya kembali lagi kesana, tempat yang sangat berjasa di hidup dalam pembentukan karakter saya saat ini, kurang lebih 1 bulan saya di sana, membuat saya menjadikan tempat itu seperti rumah, tidak butuh waktu lama setelah 7 bulan kemudian saya kembali lagi, tidak ada yang berubah, saya masih tetap di perlakukan baik disana, masih seperti keluarga mereka, padahal kami tidak sedarah, para pemuda itu tidak berubah hanya saja lebih berkembang dengan berbagai macam movementnya, seperti bisnis barunya yang tergolong modern, mereka mempelajari itu semua tidak di bangku pendidikan, pemuda itu masih tidak berubah, tetap saja ketika bangun pagi duduk melingkar, di depan kopi membahas dan mengkritik pemerintah, di teras rumah sambil menggergaji kayu, ah Ende.
Sampai saat ini pun rasanya silaturahmi dengan keluarga Ende masih terjalin sangat baik, saya tidak pernah sungkan ataupun merasa mengganggu mereka tiap kali ingin mengirim pesan atau sekedar memberi tanggapan pada karya karya mereka di sosial media, perasaan ingin mengulang selalu datang, lalu saya belajar satu motto, welcome pada apapun tapi jangan di keep, karna akhirnya kita melepaskan.
Sejarah moke di hidup saya akan saya ceritakan sedikit, konotasi minuman berakohol sebelum saya ke ende adalah negatif, di Ende moke atau arak khas Flores sebagai media silaturahmi, dari ibu ibu sampai bapa bapa pun minum, menurut cerita yang saya kumpulkan efek yang di timbulkan mungkin sama dengan ganja di aceh, ini dalam artian setelah warga Flores beraktifitas seharian, malam nya mereka minum moke, tidur menjadi nyenyak dan besok pagi lebih siap beraktifitas, itu juga efek ganja yang di sampaikan lingkar ganja nusantara sebelum ganja di ilegalkan tahun 1965, nanti kita bahas di artikel lain, dan akan kita obrak abrik cerita ini ketika saya ke Aceh.
Moke juga sebagai minuman wajib ketika ada acara adat, bapa bapa pun banyak yang menjadi petani moke, menguliahkan anak mereka dari hasil menyuling moke ini, sampai pada akhirnya arak Flores ini di legalkan, tidak terhitung sudah berapa banyak bahasan menarik bersama saudara saudara NTT saya bermedia moke ini, jika di tempat lain media silaturahmi nya kopi, di sumba sirih dan kapur, seperti itu lah peran moke.
Komentar
Posting Komentar