Kemudian traveling mengajarkan setiap waktu itu menyenangkan, tetapi tidak menyenangkannya pun di temukan, seperti kehabisan uang, handphone hilang, ketemu orang meninggal di perjalanan, hampir tenggelam di laut, hal hal seperti itu yang kemudian saya ingat dan ceritakan, saya tidak habis pikir kenapa hal hal tidak menyenangkan bisa sangat menyenangkan ketika di ceritakan, kesulitan pasti akan datang, tapi dia tidak akan menetap, ini juga berlaku di kehidupan, banyak hal di jalanan yang terjadi berkorelasi dengan kehidupan.
Kemudian traveling forum yang dimana kita dengan mudah untuk berdebat atau mendapatkan obrolan 2 arah, kita tidak di tuntut mendengarkan dan hanya menerima materi, contoh kecil ketika di kedai kopi saya bertemu warga lokal, kami membahas random topik, saling sanggah jika tidak setuju atau punya pendapat lain, tidak hanya diam mendengarkan dan mencatat kasus, jika sistem pembelajarannya 2 arah seperti ini, mungkin judulnya, kampus ngasih yang ga di kasih traveling, pengamatan saya ini bukan tanpa dåsar, ini juga yang sedang di bangun menteri pendidikan kita, boleh di tonton chanel youtubenya dedy corbuzier bareng ceo gojek, Maaf Maaf jadi kemana mana pembahasannya tapi memang menyesuaikan judul.
Beberapa kali traveling memberi pandangan menjadi terdidik tidak semata bersekolah, tapi bukan berarti saya tidak mendukung sekolah, mati matian menyelesaikan kuliah di tengah pertikaian ke asyikan traveling sedang saya hadapi, bayar ukt, masuk kelas bareng adik tingkat, di panggil dosen “mba” tapi yang lain di panggil nama, sedikit sarcasm yang menandakan “hei cih wanita, kamu sudah tua, sedikit lagi semester kamu habiskan di jalanan, kamu kami drop out” mungkin begitu sumpah serapah dosen saya, yang tidak pernah tersampaikan, mungkin !!! Tapi nyatanya dosen saya sangat mendukung apa yang saya tekuni, bertanya tiap kali saya pulang dari bertraveling ria saya anggap sebagai dukungan, “dari mana kemarin” “mentawai pak” dengan percaya diri saya sampaikan karna tidak mungkin dosen saya bertanya “berapa ip kamu semester ini” mungkin saya melengos pergi sambil update status di platform, begitu kan biasanya.
Siapa sangka menjaga jarak dari sistem pendidikan untuk sementara waktu malah mengantarkan saya pada pintu pintu jenis pendidikan di luaran yang sesuai dengan kepribadian saya, di Jogja saya menemukan sakola alam, sekolah yayasan yang belajarnya berdasarkan riset, 5x5=25 itu yang di ajarkan sistem pendidikan pada umumnya, tetapi di sakola alam Jogja mereka mencari batu 5 kemudian mencari lagi 5 berulang sampai 5 kali, kemudian mengumpulkanya lalu menjumlahkannya, kita belajar proses mba tidak hanya belajar hasil akhir, begitu imbuh mba Raisa yang ketika ujian nasional dia membuat pernyataan tidak bersedia mengikuti ujian nasional di karnakan negara tidak berhak mengukur kepintaran saya, apa yang di ajarkan sekolah ini sebenarnya, kenapa muridnya memiliki pilihan berdiri di keputusannya sendiri, menyangkut pilihannya benar atau salah, bukan ranah kita dalam mengoreksi, berkeputusan dan bertangung jawab atas pilihan diri sendiri lebih penting dari sekedar pilihan tersebut salah atau benar.
Traveling juga menemukan saya dengan mas Hadi, guru baru yang setuju ketika saya sampaikan seharusnya guru tidak di jadikan profesi dalam mencari kertas ; baca uang, ketika belum turun gaji tidak ada alasan malas mengoreksi pr siswa atau menjelaskan ribuan kali ke siswa yang belum paham, mau di gaji tidak di gaji semangat mengajar tetap penuh, di samping itu si guru juga harus dan pastinya punya sumber pendapatan lain di luar profesi guru nya, tapi apalah daya saya hanya mengemukakan teori, tidak mengalami sendiri, koar koar gaji guru 300 ribuuuu, harusnya tidak pantas, hm saya ragu sebenarnya niat menjadi guru semata karna apa ?
Itu kenapa saya ingin sekali menjadi pengajar dalam jangka waktu paling tidak 1 tahun, saya ingin membuktikan teori saya ini, apakah benar setelah memberi, mengajar, memahamkan segala hal dengan sepenuh hati kemudian di bayar tidak senonoh akan menghasilkan dendam sebegitu nya? mungkin jika kesepakatan di awal jelas si guru dan si pembayar guru ini, tidak begini ceritanya.
Semoga ketika lulus kuliah nanti saya berkesempatan menjadi pengajar yang tidak mengambil gaji nya, kalian semua menjadi saksi ya !
-Kos Tutus mahasiswa Universitas Brawijaya Januari 2023
Komentar
Posting Komentar