Langsung ke konten utama

KENAPA TRAVELING LAYAK DI COBA


Foto pribadi Saya akan menceritakan bagaimana semua ini berawal, bagaimana sampai pada akhirnya sudah hampir jalan 4 tahun saya masih tertarik ber traveling ria, tapi baru di 2018 terjadi extreme traveling, dari yang mulai traveling hanya untuk diri sendiri, sampai merasa perlu membaginya entah itu dari foto atau cerita, yang pasti tidak hanya riya semata

Dari mulai menganggap jika traveling itu cuma ke destinasi tujuan, tempat wisata, nanti nginep dimana, makan apa dan berbagai hal yang tidak seharusnya sangat di pikirkan, makin kesini lebih mencari relasi, lebih mencari keluarga, mencoba membentuk pola pikir, “setelah pulang dari suatu tempat, saya harus punya keluarga, dan harus menjaga silaturahmi” tidur dimana saja yang penting merem, makan apa saja yang penting kenyang, tidak sulit membahagiakan saya, banyak hal yang bisa membentuk karakter kita, dan salah satunya yang saya tau dengan traveling, saya hampir tidak punya ilmu selain di jalanan, berbagai macam hal baik di jalanan yang saya dapatkan sangat kompleks,jalanan mengajarkan ketika hidup sebenarnya seperti di laut bebas, kita tidak mungkin belajar di kolam renäng

Banyak yang lebih jauh jalannya dari saya, banyak yang lebih banyak jam terbangnya tapi tidak semua mau dan bisa membagi, I am not expert but sharing is caring tapi harus di saring, tidak ada superior di sini, semuanya sah sah saja, tidak ada pengalaman yang kedaluarsa, karna ini bukan berita, jadi mari kita sambung saja.


Traveling identik dengan dana, apalagi saya memulai sejak SMA dari mulai menyusun itinerary yang terstruktur bawa uang harus cukup dengan cara menabung dan tidak jajan banyak, tempat nginep harus di pikirin, dengan siapa nanti bertemu, sampai pada fase bodo amat bawa uang berapa, besok makan apa, besok tidur dimana, semuanya saya lakukan dengan spontan, saya biarkan semesta yang mengaturnya, tugas saya hanya menjalaninya, ini membuktikan jika hidup di depan baik baik saja, dan terbukti sekarang saya baik baik saja.


Di blog kedua ini, saya akan lebih rajin bercerita, tapi bertahap karna saya juga harus kuliah biar cepat lulus, dan harus bekerja biar bisa bayar wifi dan nongkrong di kedai kopi untuk nulis blog.
Try it and feel it, 



Begitu sudut pandang saya tentang traveling di 2020, di 2021 ini tidak jauh berbeda, hanya saja sekarang sedang berkomitmen traveling nya harus lebih di resapi, tempat jauh tidak terlalu penting tempat baru juga bukan yang terbaik, dimanapun dan apapun, senang tidak senang nya harus di resapi, tujuannya bukan hanya objek wisata, objek yang bukan wisata juga tidak kalah memberi pesan, juga jangan terpaku hanya dengan orang yang berperan, orang orang yang kita kira tidak berperan ternyata sangat berperan, pokoknya begitu lah sedikit sedikit dulu biar ga bosen,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tengah malam 24 agustus 2024 si penulis harus tidur, karna pagi nya harus menjadi rakyat

Awalnya. Minggu ini si penulis akan menulis mengenai meditasi yang beberapa tahun kebelakang menarik perhatian nya Tapi tidak ada yang lebih urgen Selain susah nya hadir penuh di masa sekarang karna distraksi akan masa datang yang menjadi kecamuk takut Susah nya juga menjadi orang miskin di negeri ini, umr umr yang kita dapatkan masih harus di sunat 50% nya bahkan 70% nya untuk subsidi bahan bakar, karna dari awal bahan bakar di atur sudah di salurkan ke kendaraan kendaraan pribadi, (tidak mengelola angkutan umum secara brutal dan besar besaran) Lalu Jika angkutan umum di kelola, dealer dealer asal negara sebrang tak kebagian komisi, negara tak kebagian investasi Teman teman ku sekalian yang berusaha menghemat dengan memangkas uang makan, dan uang kualitas hidup lain nya Tapi tetap menaruh paling atas dana mobilitas yang patungan dengan subsidi (kabarnya) Kata kata subsidi menjadi konotasi jika yang memberi subsidi lebih banyak berkorban, lalu yang di subsidi patutnya berterimakasih de...

Selain segelas kopi. Ruang kumuh juga membuat mu penuh.

            Ruang hidup ku yang ku kutuk karna terlalu panas, terlalu banyak cahaya matahari masuk, terlalu lelah dibersihkan. Menyita banyak waktu. Merenggut banyak hari. Dipatahkan dengan kunjungan ku ke kediaman ibu ini. Kasur yang beliau duduki salah satu tempat aman nya, semoga juga nyaman, sambil memutar ayat suci alquran di pengeras suara, harap harap nya bisa ku rasakan sebelum semakin jauh aku masuk kerumah nya. Perasaan apa ini?                Percayalah, jika kita menganggap hati kita penuh hanya jika sudah tercapai nya mimpi mimpi kita, hati kita penuh hanya jika sudah memuncak karir kita. Atau. Hati kita penuh setelah berhasil menikah, tidak hanya itu, manusia manusia di gang gang kumuh yang perlu uang kopi mu dapat menukar nya. 

Rini Mei dan angin Takisung

  Kadang kita bertiga anak kecil naif yang berjalan di kubang lumpur kesalahan dan tidak sadar, kadang nyaring tangisan lebih sering kami bagi dari tawa itu sendiri, salah pijak langkah nya Rini, Mei dan tentu aku, membawa kami ke ruang yang sama, ruang yang boleh jadi apapun bahkan tukang salah sekalipun, setelah itu kami rayakan di coffeeshop atau toko kue untuk saling bilang “hey, aku hidup”. Di 8 tahun terakhir ini, selain kiriman video yang lewat, saling memberi tanda suka menjadi cukup karna masing kami harus mulai mengisi perut sendiri. Benar saja, kegiatan mengisi perut mengantarkan Rini pada rumah baru nga, dan Mei pada gelar pendidikan kedua nya. Ini gila, bagaimana jalan sepanjang itu, sedikit demi sedikit mereka gapai ditengah beling kaca telapak kaki nya, bagaimana bisa tidak tidur tiap malam dan bangun tiap pagi, bertahun mereka lakukan. Sudah 8 taun lama nya, kami masih sering bertanya “what if” bagaimana jika dibelakang aku berlaku seperti ini ya? Bagaimana jika aku...